twitter
    Find out what I'm doing, Follow Me on Twitter :)

Software Bajakan Sering Mengandung Malware


Menurut Microsoft, jumlah pengguna yang secara sadar atau tidak telah membeli produk Microsoft bajakan telah meroket dalam dua tahun terakhir.

Selama periode tersebut, produsen software terbesar itu telah menerima sebanyak lebih dari 150 ribu kasus yang melaporkan bahwa produk yang digunakan adalah produk ilegal.

Seperti VIVAnews kutip dari PCMag, 8 Desember 2009, dari penelitian yang dilakukan Microsoft, banyak di antara produk ilegal tersebut sudah dilengkapi dengan malware oleh para pembajak.

“Produk yang kami beli tampak seperti software Microsoft legal, tetapi ketika kami coba menginstalasikannya, secara hampir seketika, kami menemukan masalah,” kata Bill Kyne, Chief Executive Officer 5 Star Financial Services. “Kami mengalami error saat instalasi dan registrasi sejak awal,” ucapnya.

Kyne menyebutkan, usahanya sangat bergantung pada komputer. “Kami kehilangan banyak waktu ketika software bajakan yang kami gunakan tidak berjalan secara semestinya,” ucap Kyne.

Menurut data Departemen Kehakiman AS, jumlah pelanggaran terhadap properti intelektual juga terus tumbuh. Selain software, pembajakan juga marak terjadi pada obat-obatan medis, seragam tim olah raga, dan film dalam bentuk DVD.






Sumber : vivanews.com

Selengkapnya >>>

Filosofi Jembatan Semanggi


Jembatan Semanggi. Bangunan fisiknya berupa jalan layang yang melingkar-lingkar. Karena bentuknya mirip struktur daun lalapan, semanggi, maka kemudian meresapdan menjadi nama jembatan itu sendiri.

Pada perkembangannya, kawasan Jembatan Semanggi menjadi ciri khas Ibukota Jakarta. Jembatan ini menjadi semacam poros lalu lintas Ibukota Jakarta sekaligus sebagai simbol kemakmuran perekonomian.

Lokasi jembatan terkenal ini berada di kawasan Karet, Semanggi, Setia Budi. Pembangunannya dilakukan pada masa pemerintahan Presiden Soekarno.

Proses pembangunan Jembatan Semanggi tidaklah mudah. Presiden Soekarno tidak begitu saja mendapat restu dari rakyat. Sebab, pada waktu itu orang sudah mulai berpikir kritis terhadap ide-ide pembangunan fisik.

Pada masa itu, anggota masyarakat yang kritis terhadap kebijakan pemerintah menilai bahwa gagasan Bung Karno ini hanyalah proyek mubazir. Proyek yang hanya akan menghabiskan keuangan negara dan tidak ada manfaatnya bagi kesejahteraan rakyat.

Bung Karno tentu saja memahami apresiasi yang disampaikan masyarakat. Dia menampung semua protes itu. Bung Karno mengolahnya.

Tapi, bukan Bung Karno namanya kalau kemudian mundur oleh berbagai kritik. Dia tetap mantap pada pendirian, yakni merealisasikan pembangunan Jembatan Semanggi. Tahun 1961 proyek dimulai.

Waktu itu, Jembatan Semanggi hanyalah salah satu dari paket pembangunan fasilitas publik yang akan dibangun pemerintah. Proyek lain yang juga didirikan, antara lain Gelora Senayan (Gelora Bung Karno) dan Hotel Indonesia.

Mengenai nama Semanggi, Bung Karno punya cerita sendiri. Dalam satu kesempatan, dia pernah bicara filosofi tentang daun semanggi. Filosofi yang dimaksud adalah simbol persatuan, dalam bahasa Jawa dia menyebut “suh” atau pengikat sapu lidi. Tanpa “suh” sebatang lidi akan mudah patah.

Sebaliknya, gabungan lidi-lidi yang diikat dengan “suh” menjadi kokoh dan bermanfaat menjadi alat pembersih.

Itulah sejarah singkat Jembatan Semanggi yang kini tetap berdiri kokoh dan mengimbangi pesatnya pembangunan infrastruktur Ibukota Jakarta.

Bila menilik sejarahnya, pantas memang bagi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menetapkan kawasan Jembatan Semanggi sebagai tempat wisata bernilai sejarah.




Sumber : vivanews.com

Selengkapnya >>>

Eric Cantona Yang Sekarang

Nama Eric Cantona rupanya masih sangat populer. Lebih dari satu dekade setelah ia undur diri dari dunia sepakbola, sebuah film berjudul'Looking for Eric' diluncurkan.

Looking for Eric dibesut oleh sutradara Inggris, Ken Loach. Setelah sebelumnya diputar pertama kalinya di Festival Film Cannes, tanggal 12 Juni kemarin film ini mulai diputar di Inggris dan Irlandia.

Film ini berkisah tentang seorang tukang pos yang gila bola bernama Eric Bishop (Steve Evets). Bishop mengalami krisis dalam kehidupannya dan sempat memutuskan untuk bunuh diri sebelum kemudian ia berkhayal bertemu Eric Cantona (dimainkan sendiri oleh Cantona).

Melalui dialog-dialog dengan Cantona, Bishop mulai menemukan lagi kehidupannya. "Seseorang yang tidak berani melempar dadu, tidak akan pernah mendapatkan angka enam," demikian salah satu wejangan filosofis Cantona.

Film Looking for Eric adalah film kesekian yang melibatkan Cantona. Setelah pensiun dari Manchester United tahun 1997, pria Prancis kelahiran 43 tahun lalu itu memang menekuni dunia seni peran.

Cantona mungkin sedang menapaktilasi jejak Vinnie Jones, mantan kapten Wimbledon FC yang kini total menjadi aktor dan sudah menghasilkan puluhan film-film yang populer dan mendapat kritik positif.

Bisa jadi, Looking for Eric akan menjadi obat penawar rindu bagi para penggemar sepakbola secara umum dan juga fans MU untuk melihat lagi aksi lelaki yang pernah dijuluki 'The King' di Old Trafford itu.

"Burung camar mengikuti kapal nelayan karena berpikir akan ada ikan yang dilempar ke laut." Itu adalah salah satu ucapan terkenal dari Cantona saat masih aktif bermain.

Seperti itulah mungkin Cantona saat ini. Meski sudah tidak bermain, pesonanya masih cukup menarik untuk membuat para penggemarnya mengikuti setiap gerak-geriknya.

Sayangnya, para pencinta Cantona di Indonesia tidak bisa menyaksikan bagaimana akting Cantona karena film ini dijadwalkan hanya beredar di beberapa negara Eropa saja.

Sumber: Detik.com

Bookmark and Share




Selengkapnya >>>

Sponsor


Internet Speed Test | fix windows vista

Tukeran Link Yuk.....

Copy lalu Paste kode HTML ini di Blog/Web Kamu


Share with Bit.ly Sidebar